Kamis, 01 Januari 2009

Makna Serat Darmogandul

Ki Kalamwadi berguru kepada Reden Budi, sementara Raden Budi mempunyai murid bernama
Darmagandhul. Darmagandhul menanyakan kepada gurunya mengenai kapan agama Islam itu
datang di pulau Jawa. Ki Kalamwadi menjawab bahwa pada zaman Majapahit saat pemerintahan
Prabu Brawijaya, permaisuri Prabu Brawijaya membujuk agar beliau beralaih ke agama Islam. Sayid
Rahmat atau Sunan Bonang, kemenakan permaisuri Prabu Brawijaya yang berasal dari Campa, diberi
tanah di Tuban dan diizinkan untuk menyebarkan agama Islam. Daerah penyebarannya sepanjang
pantai utara Jawa, mulai dari Blambangan sampai Banten. Kemudian datanglah Raden Patah, yakni
putra Prabu Brawijaya yang lahir di tanah Palembang, yang diberi tanah Demak dan sebagai adipati,
juga diizinkan menyebarkan agama Islam. Penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Sunan
Bonang di daerah Kediri mendapatkan tantangan dari Ki Buta Locaya penguasa di daerah tersebut.
Kemudian Sunan Bonang menuju ke desa Bogem, dan merusak arca kuda berkepala dua karya Prabu
Jayabaya. Perusakan arca tersebut mendapatkan tentangan Ki Buta Locaya yang mendesak agar
Sunan Bonang pergi dari daerah itu. Patih Gajah Mada menghadap Prabu Brawijaya dan
memberitahukan bahwa tanah Kertasana rusak akibat perbuatan Sunan Bonang. Akhirnya, Prabu
Brawijaya memerintahkan agar mengusir kaum Islam dari daerah Majapahit, kecuali kaum muslimin
yang tinggal di Ngampelgading dan Demak, Sunan Bonang dan Sunan Giri menyingkir ke Tuban dan
berlindung ke Demak.
Perlawanan antara pasukan Prabu Brawijaya dengan Sultan Demak , dalam pertempuran sengit itu
tentara Majapahit hancur, Gajah Mada gugur di medan laga. Kemudian orang-orang Majapahit yang
takluk kepada Demak diperintahkan masuk agama Islam. Akhirnya Sultan Patah yang didukung oleh
para wali pergi ke Ngampeldenta untuk menghadap neneknya. Neneknya Nyai Ngampeldenta sangat
menyesal perbuatan yang dilakukan oleh Sultan Patah dalam melawan ayahnya.
Ia mempermasalahkan Sultan Patah beserta para wali yang tidak baik misalnya budi kepada Prabu
Brawijaya. Ia memberikan beberapa contoh yang tidak baik misalnya kejadian di Mesir yang dialami
Nabi Daud, perebutan kekuasaan yang dilakukan Prabu Dewatacengkar terhadap ayahnya, Prabu
Sindhula dan peristiwa Prabu Danapati raja Lokapala melawan ayahnya, Sang resi Wisrawa.
Contoh-contoh tersebut merupakan permusuhan antara anak melawan ayahnya, seperti halnya yang
dilakukan oleh Sultan Patah terhadap Prabu Brawijaya. Dengan adanya penjelasan dari neneknya
tadi, maka Sultan Patah sangat sedih dan menyesal atas segala perbuatannya. Ahkirnya Sunan
Kalijaga diutus untuk mencari Prabu Brawijaya dan memohon kepadanya agar bersedia kembali
menjadi raja Majapahit. Sekembalinya Sultan Patah ke Demak di sambut dengan gembira. Ia
menceritakan hal itu kepada Sunan Bonang, akhirnya Sunan Bonang memberikan penjelasan secara
panjang lebar bahwa perlawanannya terhadap ayahnya itu tidak berdosa, karena ayahnya seorang
kafir.
Sunan Kalijaga menjumpai Prabu Brawijaya di Blambangan untuk menyampaikan tugasnya. Karena
kepandaian Sunan Kalijaga maka bersedialah Prabu Brawijaya kembali ke Majapahit. Ia sangat
tertarik atas keterangan Sunan sehingga prasangka buruk akan agama Islam sedikit banyak hilang.
Bahkan ia bermaksud untuk masuk agama Islam secara lahir maupun batin.
Penyebaran agama Islam terhadap punakawan Prabu Brawijaya, yakni Sabdapalon dan
Nayagenggong, yang berakhir dengan penolakan ( tidak berhasil ) Sabdapalon menilai bahwa Prabu
Brawijaya telah menyimpang dari para pendahulunya yang melestarikan agama Budha. Sunan
Kalijaga berusaha menghibur hati Prabu Brawijaya utuk bahwa ajaran agama Islam itu baik dan
diridhoi Tuhan. Sunan bersabda bahwa air telaga itu berbau wangi, dan terjadilah demikian. Setelah
selama seminggu dalam perjalanan yang melewati Panarukan, Besuki dan Prabalingga akhirnya
sampailah di Ngampeldenta.
Jatuhnya Kerajaan Majapahit atas serangan Demak yang dilukiskan secara simbolis. Darmagandhul
juga minta penjelasan tentang agama Nasrani yang kemudian dijelaskan oleh Kalamwadi. Disebutkan
bahwa agama Nasrani itu dibawa oleh Nabi Ngisa, Putra Tuhan. Dijelaskan pula, bahwa sebenarnya
Sultan Demak merasa menyesal atas penyerbuannya ke Kerajaaan Majapahit. Ia merasa berdosa
melawan ayahnya. Bahkan ia merasa pula bahwa pengangkatannya sebagai Sultan Demak itu juga
dari ayahnya. Akan tetapi semuanya telah terjadi, maka Sultan Demak dengan bersedih hati kembali
ke Demak. Darmagandhul menguraikan tentang sebab-sebab Nabi Adam dan Ibu Kawa turun dari
surga terkena marah Tuhan. Darmagandhul tidak mengetahui bagaimana pandangan kitab Jawa
tentang Nabi Adam itu. Ki Kalamwadi menjelaskan bahwa orang Jawa tidak mempunyai kitab yang
menceritakan tentang pengusiran Tuhan terhadap Nabi Adam dan Ibu Kawa itu. Kitab yang menjadi
pegangan raja hanyalah Manikmaya. Darmagandhul juga menguraikan pendapatnya bahwa baginda,
baik agama itu harus konsekuen mengerjakan peraturan yang ada di dalamnya. Namun, yang paling
baik bagi orang Jawa adalah agama Budi, sebab agama Budi telah dianut sejak dahulu kala.
Perbedaan agama Islam, Nasrani, Cina dan Jawa. Ki Kalamwadi mencela orang yang naik haji ke
Mekah dengan mengharapkan kelak masuk surga. Konon ada anggapan bahwa yang datang naik haji
ke Mekah dan mencium kakbah akan terhapus dosanya dan nantinya masuk surga. Hal itu itu
tidaklah benar. Orang akan masuk surga apabila dirinya bersih. Perbedaan adanya utusan dan kitab
yang menjadi pegangan itu berbeda. Kalamwadi menjawab bahwa itulah kebebasan yang diberikan
Tuhan agar manusia memilih agama yang menjadi kesenangannya. Meskipun demikian, agama Budi
bagi orang Jawa tetap lebih tinggi dan sesuai.
Kalamwadi membentangkan ajaran itu kepada istrinya, Perjiwati, mengenai hal keutamaan dalam
hidup dan mengenai ajaran perkawinan. Bekal perkawinan itu bukannya rupa dan harta akan tetapi
hati. Perkawinan diibaratkan sebagai galah dan kemudi, yang masing-masing harus sejalan. Diuraikan
pula mengenai 4 kemuliaan, yaitu:
1 kemuliaan yang lahir dari diri sendiri,
2 yang lahir dari harta
benda pemilik,
3 kemuliaan karena kepandaiannya,
4 kemuliaan karena pengetahuannya.

Generasi sekarang tidak boleh meremehkan generasi pendahulunya (orang kuna).
Menurut Ki Kalamwadi disebutkan bahwa bekas kerajaan Prabu Brawijaya tidak terletak di Kediri,
akan tetapi terletak di Daha. Akhir kehidupannya, Prabu Jayabaya muksa diiringkan oleh Patih
Tunggulwulung dan Nimas Ratu pagedhongan. Tunggulwulung diperintahkan menjaga Gunung Kelud
sedangkan Nimas ratu Pegendhongan menjadi raja jin penguasa laut selatan dengan gelar Ratu
Angin-Angin.

1 komentar: